Hari Raya Imlek alias Tahun Baru China telah tiba! Tahun Baru China identik dengan tradisi kumpul keluarga, makan kue keranjang dan satu lagi, ‘bagi-bagi’ angpao.
Angpao biasanya diberikan oleh para tetua atau orang yang lebih tua kepada yang lebih muda, belum menikah dan anak-anak. Kehadiran angpao memang mnejadi penyemangat sekaligus menyemarakan perayaan Imlek, terlebih saat berkumpul bersama anggota keluarga.
BACA JUGA: Sanya, Kota dengan Atraksi Terbaik Untuk Menghabiskan Libur Imlek
Namun, tahukah Sahabat Silir bagaimana sebenarnya sejarah asal muasal tradisi angpao? Penasaran bukan? Mari kita telusuri bersama.
Begini Asal Muasal Tradisi Angpao Saat Imlek
Mengutip informasi dari ChinaHighlights.com, amplop angpao biasanya berwarna merah atau disebut hóngbāo (angpao) atau yasui qian (/yaa-sway chyen/). Amplop itu memiliki makna penting, yaitu ‘menekan uang setan’. Mengapa ‘setan’ sampai ikut disebut-sebut?
Merujuk pada legenda populer China, dahulu kala ada sesosok hantu yang suka menakut-nakuti anak-anak saat tengah tidur di Malam Tahun Baru. Anak-anak yang terkena sentuhan setan bernama Sui itu, ketakutan luar biasa sampai berteriak, demam parah, bahkan mentalnya sampai tidak stabil.

Untuk melindungi anakl-anak dari ancaman Sui tersebut, para orang tua pun menyalakan lilin dan terus terjaga sepanjang malam. Lalu, ada kisah lain yang menyebut ada orang tua di rumah seorang pejabat di Malam Tahun Baru Imlek memberikan delapan keping uang koin kepada anaknya.
Tujuannya, agar anak-anak bisa bermain-main dengan koin tersebut sepanjang malam dan terjaga serta tak diusik setan Sui.
Anak itu pun dengan suka cita bermain koin-koin yang diberikan itu dan membungkusnya dengan kertas merah, membukanya dan membukanya kembali, begitu seterusnya hingga ia kelelahan. Saat sang anak tidur, orang tuanya pun menempatkan uang merah berisikan delapan keping koin itu di bawah bantalnya.

“Ketika Sui datang dan hendak menyentuh kening si anak, tiba-tiba delapan keping koin tersebut memunculkan sinar terang yang bikin setan itu pergi ketakutan. Delapan keping koin itu ternyata jelmaan dari delapan peri,” sebut artikel tersebut. Nah, sejak itulah tradisi memberikan amplop merah saat perayaan Imlek mulai muncul dan terus dipertahankan hingga kini.
BACA JUGA: Chingay Parade, Perayaan Tahun Baru Imlek khas Warga Singapura
Dengan demikian, dalam tradisi memberikan angpao yang paling penting sebenarnya adalah amplopnya dan bukan isi amplopnya. “Signifikansi dari amplop merah ini adalah lembaran kertas merahnya, bukan uang di dalamnya,” tulis ChinaHighlights.com.
Lagi pula, warna merah dimaknai memiliki aura positif, kebahagiaan dan keberuntungan, sehingga yang menerima angpao diharapkan akan mendapatkan segala keberuntungan selama setahun ke depan.
Wah, hal ini sedikit kontras ya dengan kebiasaan banyak orang yang lebih mengutamakan isi amplopnya. Oleh karena makna filosofi di balik amplop warna merah angpao yang memberikan harapan baik pada penerima, maka tabu membukanya di hadapan orang yang memberikan. (y)