Hadaka Matsuri

Hmmm..! Ada Festival “Telanjang” di Jepang

Jepang memang kondang dengan makanan yang berbahan dasar ikan. Negeri Sakura juga masyur dengan wisata musim dingin Shirakawago.

Namun, ada satu hal yang mungkin bikin Sahabat Silir mengernyitkan dahi terkait negara yang memiliki banyak kereta bawah tanah ini.

Ya, di Jepang ada festival telanjang!

Hadaka Matsuri, Festival “Telanjang” di Jepang

Festival ini rutin digelar setiap tahun di Okayama, bagian selatan Pulau Honshu. Pada tahun ini, festival dilangsungkan pada 15 Februari lalu. Meski disebut sebagai festival telanjang, tetapi sejatinya para pesertanya tak benar-benar bugil.

Disebut dalam bahasa lokal Hadaka Matsuri, festival ini melibatkan para pria sebagai pesertanya. Dalam festival ini mereka menggunakan celana tradisional fundhosi, seperti yang dikenakan pesumo, dan sepasang kaus kaki yang disebut tabi.

Tradisi festival telanjang sendiri sudah berlangsung lama, yaitu sejak masa Muromachi pada 1338 sampai 1573 itu. Konon, festial ini digelar sebagai bentuk rasa syukur atas panen berlimpah, kemakmuran, dan kesuburan.

Festival Hadaka Matsuri di Jepang

Selain mengenaka ‘pakaia khusus’ layaknya pesumo, hal lain yang unik dari festival tersebut, yaitu dilaksanakan pada pagi buta, sekitar pukul 03.20 waktu setempat. Padahal, festival berlangsung di tengah musim dingin.

Festival ini cukup lama durasinya, karena baru mencapai puncak pada pukul 22.00 yang ditandai dengan lampu menyala.

Pada jam tersebut, satu pendeta Shinto melemparkan 100 rating kayu dua batang tongkat kayu ke arah kerumunan pria tersebut. Terdapat sebuah kepercayaan bahwa siapa saja yang berhasil meraih ranting dan tongkat kayu, akan menjadi jaminan bagi orang tersebut mendapatkan keberuntungan selama setahun berjalan. Dalam festival itu, para peserta masuk kuil dan kemudian berebut jimat.

Keseruan tampak saat para pria itu berebut jimat tersebut atau tongkat yang diidamkan sebagai simbol keberuntungan tersebut. Pergulatan untuk memperebutkan jimat tersebut berlangsung selama 30 menit.

Aslinya, jimat yang diperebutkan adalah kertas yang sudah berusia lebih dari 500 tahun. Namun, popularitas festival yang kian populer membuat jimat itu mulai robek dan juga pakaian untuk ritual. Akhirnya, diadopsilah tongkat kayu sebagai penggantgi jimat dan peserta tak perlu menggunakan pakaian. 

Mengikuti festival ini benar-benar menguji nyali untuk ‘melawan‘ dingin, terlebih hanya menggunaka cawat. Pasalnya, para peserta sudah nyebur ke air dingin sebelum festival itu berlangsung.

Panitia pelaksana menyediakan area khusus untuk para peserta remaja. “Kami berharap mereka akan menjaga tradisi ini di masa depan,” kata juru bicara dari Okayama Tourism Board, sebagaimana dikutip CNN yang kemudian Sibukliburan.id kutip.

Sementara itu, menyusul merebaknya virus corona, penyelenggara Festival Telanjang pun menyediakan pembersih tangah di pintu masuk kuil dan sekitar lokasi pesta. Peserta pun tak disarankan mengenakan masker di puncak acara. (y)

Leave a Comment

Your email address will not be published.