Kota Medan

10 Destinasi Menawan Untuk Jelajah Religi di Kota Medan

Indonesia merupakan rumah bagi 6 pemeluk kepercayaan, yaitu Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu. Tak heran, jika ada begitu banyak tempat ibadah yang bisa dijadikan sebagai tujuan wisata religi di Tanah Air.

10 Destinasi Religi di Kota Medan

Di Medan ibukota provinsi Sumatera Utara, terdapat sejumlah destinasi religi dari beberapa agama yang cukup menarik untuk disambangi. Destinasi apa saja itu? Ikuti ulasannya berikut ini:

Masjid Raya Al-Mashun

Masjid ini dikenal juga dengan nama Masjid Raya Medan. Lokasi tepatnya berada di Jalan Sisingamangaraja no. 61, Kec. Medan Kota, yang kira-kira berjarak 200 meter dari Istana Maimun.

Dibangun pada tahun 1906, tempat ini merupakan salah satu masjid tertua di Medan bekas peninggalan Kesultanan Deli. Arsitektur bangunannya dirancang oleh arsitek asal Belanda dengan menyadur tiga budaya, yaitu India, Eropa, dan Melayu.

BACA JUGA: 5 Tempat Wisata Terbaik Medan untuk Keluarga dan Anak

Masjid ini memiliki Al Quran tua berusia ratusan tahun yang dipajang dekat pintu masuk jamaah laki-laki. Apabila datang saat bulan Ramadhan, Sahabat Silir akan menemukan menu Bubur Anyang khas Melayu di tempat ini.

Graha Maria Annai Velangkani

Apabila diperhatikan secara sepintas, tempat yang satu ini akan menyiratkan arsitektur khas India. Tak jarang beberapa orang malah mengiranya sebagai Pura yang merupakan tempat ibadah umat Hindu.

Namun siapa sangka, nyatanya bangunan ini adalah sebuah Gereja Katolik. Setiap hari Minggu, tempat ini akan dipadati oleh umat Katolik yang hendak melaksanakan misa.

Gereja yang khas dengan corak warna warninya ini dibangun pada tahun 2005 lalu, tepatnya di Jalan Sakura III no. 7-10, Tj. Selamat, Kec. Medan Tuntungan. Dr. Ir. Johannes Tarigan adalah sosok yang mempelopori pembangunan tempat ini.

Mengambil desain bergaya arsitektur Mughal – India, gereja ini diklaim dapat bertahan dari guncangan gempa hingga 9 skala ritcher. Oleh karenanya, tak heran jika gereja ini disebut-sebut sebagai bangunan paling kuat di kota Medan.

Maha Vihara Maitreya

Maha Vihara Maitreya tampak dari depan. Sumber foto via Phinemo

Kota Medan memiliki salah satu tempat ibadah umat Buddha terbesar di Indonesia, yaitu Maha Vihara Maitreya. Seperti namanya, Vihara ini sangat kental dengan ajaran Buddha Maitreya.

Lokasinya sendiri berada di Perumahan Cemara Asri Jalan Boulevard Utara, Medan. Meskipun merupakan sebuah tempat ibadah, tetapi vihara ini terbuka bagi umat mana pun untuk mengunjunginya.

Berdiri di atas lahan seluas 45 hektar, kemegahan dari vihara ini bak sebuah magnet yang mampu mengundang wisatawan dari dalam dan luar negeri. Selain tempat sembahyang, terdapat juga Taman Avolokitesvara yang memuat sarana permainan anak-anak, ruang auditorium, restoran vegetarian, hingga toko souvenir dan aksesoris ibadah.

Kuil Shri Mariamman

Keberadaan tempat ibadah umat Hindu ini menjadi bukti akan jalinan hubungan antara etnis India dengan masyarakat Sumatera Utara. Kuil ini dibangun di Kampung Madras pada tahun 1884, sebagai fasilitas ibadah para buruh asal India yang mayoritas menganut Hindu.

Kampung Madras dahulunya lebih dikenal sebagai Kampung Keling karena sempat dihuni oleh mayoritas India Tamil berkulit hitam. Lokasinya sendiri berada di persimpangan Jalan Teuku Umar dan Jalan Zainul Arifin.

Nama kuil ini diambil dari Shri Mariamman yang digambarkan sebagai sosok Ibu atau Dewi Pelindung. Untuk masuk ke tempat ini, pengunjung disarankan untuk berpakaian sopan (terutama wanita) dan diharuskan membasuh kaki terlebih dahulu agar kebersihan kuil tetap terjaga.

Vihara Gunung Timur

Tempat ibadah yang satu ini juga dikenal sebagai Kelenteng Heng Hua Bio. Berlokasi di Jln. Hang Tuah no. 16, Madras Hulu, Medan Polonia, lokasinya hanya berjarak sekitar 500 meter dari Kuil Shri Mariamman.

Vihara ini merupakan salah satu tempat ibadah yang memuat ajaran Tri Dharma (Taoisme, Buddha, Kong Hu Cu). Dari tampak depan bangunannya, Vihara ini begitu menyiratkan kekentalan nuansa arsitektur khas Tionghoa.

Tempat ini disebut-sebut merupakan salah satu kelenteng terbesar di kota Medan, bahkan mungkin di Pulau Sumatera.

GPIB Immanuel

Apabila Graha Maria Annai Velangkani merupakan Gererja Katolik tertua di kota Medan, maka GPIB Immanuel adalah gereja protestan tertua di Kota Melayu Deli ini. Dibangun pada kisaran tahun 1912, gereja ini tepatnya berlokasi di Jl. Pangeran Dipenogoro, Madras Hulu, Medan Polonia, tepat di depan kantor Gubernur Sumut.

BACA JUGA: 5 Tempat Nongkrong di Medan yang Cocok Dijadikan Lokasi Bersantai saat Liburan

Gereja ini merupakan peninggalan dari masa pemerintahan kolonial, tak heran jika gaya arsitektur gereja ini dipengaruhi gaya bangunan Belanda tempo dulu. GPIB memiliki sebuah lonceng yang dentangannya disebut-sebut bisa terdengar hingga jarak 3 km.

Masjid Lama Gang Bengkok

Foto: KONTRAKTOR KUBAH MASJID

Masjid ini menempati urutan masjid tertua kedua di kota Medan setelah Al-Osmani. Arsitektur yang dipergunakan merupakan perpaduan gaya Cina, Melayu, dan Persia.

Dilihat dari namanya, masjid ini terinspirasi dari posisi gang yang terlihat menikung di depannya. Meski begitu, saat ini kondisi gang tersebut sudah mengalami diperlebar.

Masjid ini dibangun pada tahun 1885 atas bantuan Tjong A Fie yang merupakan tokoh Tionghoa dermawan terkenal di Medan. Oleh karena itu, keberadaan masjid ini menjadi bukti toleransi beragama yang kuat.

Vihara Setia Budi

Foto: Vihara Setiabudi Medan | Ibnu Darmawan | Flickr

Selain mendanai Masjid Lama Gang Bengkok, Tjong A Fie juga ikut berkontribusi atas pembangunan vihara yang terletak di Jl. Irian Barat, Gang Buntu, Kecamatan Medan Timur ini. Memiliki nama asli Kelenteng Kwan Tek Tong, tempat ibadah ini merupakan salah satu vihara tertua dan terbesar di kota Medan.

Tidak jelas kapan vihara ini didirikan, ada yang menyebutnya dibangun pada tahun 1908. Dengan letaknya yang sedikit tersembunyi, kunjungan ke vihara ini sangat patut dilakukan karena mengandung kisah panjang akan sejarah pembangunannya.

Masjid Al-Osmani

Al-Osmani merupakan tempat ibadah umat Islam tertua di kota Medan. Pembangunannya sendiri dirancang oleh arsitek asal Jerman bernama GD Langereis atas permintaan Sultan Osman Perkasa Alam Sultan Deli.

Bangunan masjid ini memiliki gaya arsitektur yang berasal dari percampuran budaya Tiongkok, Timur Tengah, India, dan Melayu. Warna kubah hingga corak desain Istana Maimun bahkan disebut-sebut merupakan duplikasi dari masjid ini.

Pada 2016 lalu, Masjid Al-Osmani bahkan ditetapkan sebagai cagar budaya kota Medan. Masjid ini juga menjadi istirahat terakhir (makam) dari 5 Raja Deli.

Replika Pagoda Shwedagon

Foto: Trover

Pagoda Shwedagon merupakan salah satu tempat ibadah paling suci di kota Yangon, Myanmar. Pesona megahnya yang didominasi warna emas kini bisa Sahabat Silir saksikan di Taman Alam Lumbini, Desa Tongkoh, Berastagi.

Replika ini bahkan sempat menyabet rekor MURI sebagai pagoda termewah dan tertinggi di Indonesia. Dengan didukung suasana di sekitarnya yang sangat sejuk, kunjungan ke tempat ini bisa jadi wisata religi yang menyenangkan.

BACA JUGA: 5 Rekomendasi Kuliner Khas Medan yang Enaknya Bikin Kangen

Wisata religi bisa cukup diminati karena mampu meningkatkan jiwa spiritual serta menambah wawasan. Sahabat Silir juga bisa menyaksikan bagaimana 6 kepercayaan di negara ini tumbuh berdampingan, sehingga bisa meningkatkan rasa toleransi dan bhineka tunggal ika dalam kehidupan sehari-hari. (AS)

Leave a Comment

Your email address will not be published.