Sibuk Liburan – Sebagai salah satu agama yang diakui di Indonesia, keberadaan agama Buddha tidak dapat terlepas dari jejak peradaban sejumlah pembangunan klenteng dan vihara di berbagai daerah sebagai tempat ibadah dari kepercayaan Tri Dharma (Buddha, Konghucu dan Tao).
Pada sejumlah daerah bahkan bangunan tersebut diperkirakan sudah lama berdiri sejak beberapa abad lalu bersamaan dengan sejarah bangsa ini. Berikut adalah lima klenteng tertua di Indonesia yang bisa dimasukan dalam daftar kunjungan Sahabat Silir untuk wisata sejarah dan religi:
Klenteng Hok Tiek Hian, Surabaya (1293)
Klenteng yang terletak di Jalan Gang Dukuh ini diyakini sebagai salah satu klenteng tertua di Indonesia. Lokasinya tepat berada di kawasan pecinan Kota Pahlawan. Klenteng ini dibangun oleh Pasukan Tar-Tar pada Zaman Majapahit oleh Kubilai Khan.
Tak hanya berfungsi sebagai sarana ibadah saja, tempat ini juga kerap dikunjungi oleh banyak pendatang untuk mengagumi nilai historis dan arsitektur bangunannya. Klenteng ini juga dikenal kerap mengadakan pertunjukan wayang potehi.
Klenteng Talang, Cirebon (1450)
Klenteng yang berlokasi di Kampung Keprabon, Lemah Wungkuk, Cirebon ini memiliki desain yang cukup berbeda dari klenteng pada umumnya. Tempat ibadah ini didirikan sejak zaman Laksamana Cheng Ho yang dahulunya difungsikan sebagai tempat persinggahan.
Menariknya lagi, klenteng ini menjadi bukti jalinan kerukunan hubungan antara Islam dengan Konghucu pada masanya hingga saat ini. Sampai saat ini, Klenteng Talang akan selalu ramai jelang Imlek ataupun saat bulan Ramadhan.
Klenteng Hong Tek Ceng Sin, Jepara (1466)
Klenteng ini merupakan salah tempat ibadah umat Tri Dharma yang diperkirakan berdiri bersamaan dengan pembangunan Masjid Agung Demak. Meski begitu, klenteng ini kalah populer jika dibandingkan dengan Klenteng Hian Tian Shiang Tee yang sama-sama berlokasi di Desa Welahan. Meski begitu klenteng ini juga tetap tak kalah cantik dan menarik untuk dikunjungi saat bertandang ke Kota Ukir ini.
Vihara Avalokitesvara, Banten (1542)
Vihara yang memiliki luas 10 hektar ini tidak terlepas sejarah salah seorang wali sanga, yaitu Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Dahulunya vihara ini dibangun di Desa Dermayon untuk para pengikut Putri Ong Tien (istri Sunan Gunung Jati) yang masih memegang erat kepercayaan dari tanah Tionghoa.
Vihara ini kemudian dipindahkan ke kawasan Pamarican pada tahun 1774 hingga saat ini. Tempat ini juga merupakan salah satu klenteng yang memuat persembahyangan untuk kepercayaan Tri Dharma. Altar Dewi Kwan Im merupakan altar pemujaan utama dari Vihara Avalokitesvara.
Klenteng Dewi Welas Asih, Cirebon (1595)
Selain Klenteng Talang, Kota Udang Cirebon juga memiliki Klenteng Dewi Welas Asih sebagai salah satu klenteng tertua yang usianya nyaris mencapai 500 tahun. Cagar budaya ini terletak di Jalan Kantor no.2 dan lokasinya berada persis di sebelah gedung Bank Mandiri dan seberang gedung BAT.
Klenteng ini memiliki salah satu sudut dinding tua yang memuat kisah para dewa Tionghoa. Menariknya lagi, terdapat studio barongsai pada bagian belakang klenteng ini yang mana pernah memenangkan sejumlah kompetisi barongsai dari dalam maupun luar negeri.
Meski diyakini sebagai lima dari klenteng tertua yang ada di Indonesia, tetapi tidak ada bukti tertulis persis yang menerangkan waktu pembangunan sejumlah klenteng atau vihara tersebut. Tahun-tahun tersebut diperkirakan oleh sejumlah ahli melalui bukti dan peninggalan sejarah yang ada pada masing-masing klenteng.
Meski begitu, klenteng-klenteng tersebut menjadi bukti jejak sejarah keberadaan Tempat Ibadah Tri Dharma (TTID) di Indonesia yang masih bertahan hingga kini.