Kawah Ijen

Hanya ada di Banyuwangi! Pesona Api Biru Kawah Ijen

Sibuk Liburan – Banyuwangi tak hanya menyimpan pesona wisata bahari, tetapi juga wisata pegunungan. Kawah Ijen menjadi satu-satunya destinasi wisata gunung yang paling populer di Tanah Blambangan.

Kemasyuran Kawah Ijen tak hanya terdengar di seantero Indonesia, tetapi juga di dunia. Banyak orang berduyun-duyun setiap harinya ke tempat inti untuk menyaksikan fenomena alam yang tak ada di tempat lain di dunia, yaitu blue fire alias api biru.

Api biru menjadi megnet utama Kawah Ijen hingga tak pernah sepi dari pengunjung. Mereka yang datang bukan saja pelancong alias traveler, melainkan juga para peneliti dan ahli geologi. Tentu, mereka ingin mengetahui lebih jauh sebuah ‘keajaiban’ api yang berwarna biru dan menyala kala dini hari itu.

Fenomena alam langka ini tak ada duanya di dunia. Agar bisa melihat langsung indahnya api biru itu, pengunjung perlu melakukan pendakian pada dinid hari. Umumnya, mereka akan memulai pendakian menuju Kawah Ijen pada pukul 01.00 WIB.  Setelah menyaksikan indahnya api biru, pengunjung juga akan disuguhkan sun rise atau matahari terbit.

Kawah Ijen
Kawah Ijen

Satu hal yang harus diperhatikan, saat berkunjung ke tempat ini pastikan membawa pakaian tebal. Tentu, hal ini mengingat suhu udara di gunung dingin. Selain itu, masker juga sangat penting dipersiapkan. Pasalnya, Ijen merupakan pegunungan aktif. Gunung berketinggian 2.368 meter ini dikenal memiliki kandungan belerang tinggi.

Tak mengherankan jika kawasan ini bisa ditutup sewaktu-waktu jika terjadi kepulan asap belerang di atas ambang batas yang aman bagi para pengunjung. Warna tosca danau Kawah Ijen yang berpadu dengan liku terjal jalur pendakian dan kepulan asap belerang pun menjadi suguhan pemandangan lain yang menarik untuk dibidik kamera atau sekedar dinikmati keindahannya.

Selain suguhan pemandangan alam yang eksotis, Kawah Ijen juga menawarkan pemandangan tradisi masyarakat setempat. Di Ijen, Sahabat Silir akan menjumpai para penambang belerang yang mengambil belerang dari kawah.

Mereka membawa dengan keranjang-keranjang yang disatukan dengan menjadi satu dengan bambu dan kemudian memikulnya. Rutinitas ini mereka lakukan setiap hari dengan naik turun gunung demi mancari penghasilan.

Leave a Comment

Your email address will not be published.