Sibuk Liburan – Singapura dikenal sebagai rumah bagi lebih dari 2 juta etnis China. Di Kota Singa itu, tidak kurang dari 70% warganya merupakan keturunan imigran asal Negeri Tirai Bambu.
Berkat hal ini, tidak heran jika perayaan Tahun Baru Imlek di negara pulau tersebut selalu digelar dengan begitu meriah. Setiap tahun, warga Singapura selalu menggelar perayaan Imlek yang khas disebut Chingay Parade.
Dalam bahasa Hokkien, Chingay memiliki arti seni kostum. Sesuai namanya, parade ini melibatkan para penari yang membalut diri dalam kostum-kostum unik beraneka rupa. Biasanya, mereka berbaris dalam kelompok besar di sebuah ruang terbuka layaknya kegiatan jambore nasional sembari menari mengikuti alunan musik.
Kendati setiap tahun Chingay Parade selalu menampilkan kostum-kostum ganjil layaknya pagelaran sirkus, tetapi bukan sembarang kostum tentunya. Warna-warni dan segala bentuk kostum yang diperagakan pada perayaan Imlek terbesar di Singapura ini mewakili keberagaman etnis dan budaya yang ada di Singapura.

Tak hanya pertunjukan naga terbang dan barongsai yang beradu di antara tabuhan genderang saja, melainkan juga perpaduan parade kostum tradisional dengan musik modern.
Dengan melibatkan ribuan penari, beragam alat pertunjukan, dan rentetan kereta hias berbentuk rumit, Chingay Parade tak pernah berhenti memukau para penonton. Setiap tahun, parade jalanan menyambut Imlek ini ditonton tak kurang dari ribuan orang. Waktu pertunjukannya pun tak cuma sehari. Berkat hal ini, Chingay mendapat reputasi sebagai parade jalanan terbesar se-Asia.
Ditilik dari sejarahnya, Chingay Parade memiliki usia yang masih cukup belia. Parade ini pertama kali digelar pada tanggal 4 Februari 1973. Kala itu, penyelenggaraannya dilakukan sebagai bentuk kompensasi atas larangan menyulut kembang api bagi etnis China di Singapura.
Padahal, dalam tradisi malam Tahun Baru Imlek, kembang api memiliki makna yang sangat penting untuk mengusir roh-roh jahat dan mengembalikan nasib baik. Atas dasar inilah, Chingay Parade diadakan agar semangat orang-orang China di Singapura dapat bangkit kembali.

Lama kelamaan, Chingay Parade tak hanya dilakukan oleh masyarakat Singapura dari etnis China saja. Pada tahun 1976, komunitas-komunitas lain pun turut bergabung memeriahkan parade setiap bulan Februari. Chingay pun lantas menjelma menjadi acara internasional pada tahun 1987, setelah sebuah surat kabar Singapura mendatangkan empat penyanyi asal Jepang untuk memeriahkan acara.
Menyambut Tahun Baru Imlek 2570, Chingay Parade akan kembali diselenggarakan secara besar-besaran pada tanggal 15 dan 16 Februari 2019. Mengusung tema ‘Dream Funtastia’, diperkirakan parade kali ini akan tampil menarik bak negeri dongeng.
Menurut kabar, Chingay Parade 2019 juga akan turut ambil bagian merayakan dies natalis Singapura. Dengan demikian, parade Chingay tak sekedar menjadi acara perayaan Tahun Baru Imlek semata, tetapi juga sebagai simbol imajinasi seluruh warga Singapura menyongsong tahun yang baru.