Sibuk Liburan – Kota Perth, rela mengucurkan dana hingga Rp 4 miliar ‘hanya’ untuk membangun sebuah toilet. Toilet berbajet fantastis ini sengaja dibangun untuk memanjakan pecinta Instagram. Lho kok?! Berikut info selengkapnya.
SebagaimanA dikutip dari CNN, (13/6/2019), objek wisata paling banyak difoto di Perth adalah Crawley End Shed, yaitu sebuah rumah kayu apung dengan warna biru terang. Namun, popularitas Crawley End Boat Shed yang terus menanjak rupanya menyebabkan masalah tersendiri di negara bagian Australia Barat itu. Dana ratusan ribu dolar Australia harus dikucurkan untuk membangun toilet umum di dekatnya guna mengakomodasi wisatawan yang datang membludak.
Mereka datang hanya untuk menjepret foto dan mengunggahnya di media sosial. Hal ini terbilang unik, mengingat di banyak negara objek bidikan kamera berupa karya seni, bangunan bersejarah atau pemandangan alam. Padahal, tempat tersebut tidak berada di lokasi yang mudah dijangkau. Crawley End Boat Shed berada di aliran Sungai Swan. Ya, memang latar belakang pemandangan tersebut membuat hasil bidikan foto terlihat begitu ciamik.
Terletak di aliran Sungai Swan, latar belakangnya terbilang cantik untuk sebagian besar foto yang diambil di sini. Crawley End Boat Shed tak jauh dari Mounts Bay Road, salah satu jalan tersibuk di Perth.
Bangunan unik berupa gudang kapal itu pun hanya bisa dikunjungi dengan berjalan kaki. Sebenarnya tempat tersebut berada tak jauh dari Mounts Bay Road, salah satu jalan tersibuk di Perth. Namun, untuk menuju lokasi, wisawatan harus memarkir kendaraan di jalan perumahan terdekat, lalu harus menyeberangi Mounts Bay Road dengan berjalan kaki. Tentu, bukan perkara mudah menyeberang jalan tersibuk dengan lalu lintas kendaraan dari dua arah. Akan tetapi, hal ini sama sekali tak menyurutkan minat para traveler.
Malahan, kunjungannya semakin over. Pada 28 Mei lalu, Dewan Kota Perth telah bertemu untuk membahas masalah overtourism di Crawley End Boat Shed. “Telah ada peningkatan kunjungan selama beberapa tahun terakhir ke daerah ini. Mereka menggunakan bus wisata hingga yang menggunakan mobil pribadi hanya untuk mengambil foto,” lapor dewan. Meski angka kunjungan tinggi, tetapi fasiltas umum terdekat berada di jarak yang cukup jauh, mencapai 2,4 kilometer.
Sialnya lagi, sebuah restoran yang berada di lokasi tersebut hanya dikunjungi turis untuk sekedar menggunakan fasilitas toiletnya. Pemilik restoran bahkan mengklaim beberapa di antaranya adalah turis yang kasar bahkan mengganggu secara verbal. Menyikapi hal ini Kota Perth pun memutuskan membangun toilet menggunakan tenaga surya pertama. Pembangunannya menelan dana AUD 400.000 atau setara Rp 3,958 miliar. Selain itu, terdapat pula biaya tambahan AUD 20.000 atau setara Rp 198 juta per tahun untuk pemeliharaannya.
Diharapkan dengan dibangunnya toilet tersebut, restoran atau fasilitas lain di sekitar objek wisata tak akan terganggu lagi. “Pembangunan toilet yang diusulkan akan sesuai di lokasi strategis. Itu memungkinkan pengunjung tidak mengganggu restoran atau sejenisnya,” tutup dewan. (y)