Bagi masyarakat Korea, Pulau Jeju memang teramat istimewa. Tanah dari pulau volcanic itu sempat menjadi saksi peristiwa bersejarah KTT Antar Korea yang diselenggarakan April–Mei 2018 lalu melalui penanaman pohon secara simbolis oleh dua Presiden Korea.
Namun bukan hanya berkat pesona alamnya saja Pulau Jeju memenangkan hati siapapun yang bertandang, tetapi juga karena pulau yang secara geografis mirip Hawaii ini punya nilai sakral yang tinggi.
Para penikmat wisata Korea menjuluki Pulau Jeju sebagai Hawaii-nya Korea Selatan. Pesona alam Pulau Jeju disebut-sebut menjadi yang terbaik seantero Korea mengimbangi Pulau Hawaii. Pada polling dunia tahun 2011, Pulau Jeju bahkan memenangkan predikat sebagai salah satu Tujuh Keajaiban Dunia Alam yang Baru.
Tidak heran, jalur penerbangan Seoul–Jejudo menjadi yang tersibuk sepanjang tahun 2017. Setiap harinya, pulau terbesar di semenanjung Korea tersebut melayani tidak kurang dari 178 penerbangan yang mengangkut wisatawan dari Korea Selatan, Hong Kong, dan China Daratan.
Di balik keindahan hamparan Taman Nasional Hallasa, Kawah Seongsan Ilchulbong, danJalan Setapak Jeju Olle sepanjang 422 kilometer yang melingkari sepanjang pesisir, Pulau Jeju pernah menjadi rumah bagi tradisi perdukunan Korea. Pulau Jeju dipercayamenjadi kediaman 18.000 Dewa dan Dewi sejak ribuan tahun silam.
Masyarakat Jeju juga percaya terhadap mitos penciptaan oleh para Dewi ketimbang Dewa (berjenis kelamin laki-laki). Berkat nilai sakral Pulai Jeju inilah, masyarakat setempat begitu menghargai kesetaraan dalam pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan.