Sepiring Sajian Bergizi “Selat Solo” yang Mengandung Banyak Sejarah

Sebelum Sahabat Silir tergiur dengan lezatnya daging steak yang banyak dijual di sejumlah restoran, alangkah baiknya untuk melirik selat solo terlebih dahulu yang merupakan beef steak khas Nusantara.

Nama hidangan selat solo mungkin sudah tidak asing lagi di telinga Sahabat Silir. Makanan ini tak jarang sering disebut juga sebagai bistik Jawa. Selat solo terbilang cukup mudah untuk ditemui, bahkan dalam acara-acara seperti gelaran resepsi pernikahan.

Menikmati kuliner Selat Solo

Melihat dari penamaannya mungkin banyak yang sudah bisa menebak asal makanan ini, yaitu dari kota Solo atau Surakarta. Meskipun menyelipkan kata selat pada bagian depannya, tetapi makanan yang satu ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan wilayah perairan selat.

selat solo
Kuliner Selat Solo. Sumber foto: Shutterstock

Dikutip dari laman Kumparan (28/02/2017), pada zaman penjajahan kolonial dahulu orang Belanda awalnya menyebut salad dengan kata slachtje. Namun karena orang Indonesia saat itu kesulitan untuk mengucapkannya, maka slachtje diganti menjadi selat.

Meskipun salad sendiri merupakan makanan yang identik dengan sayur-sayuran, tetapi pada dasarnya makanan yang satu ini merupakan perpaduan antara daging dengan sayur-sayuran. Orang Belanda kala itu dikenal gemar menyantap daging bersama sayuran.

Pada masa itu, sejumlah ningrat dan kaum terdidik mulai diperkenalkan dengan aneka sajian khas barat, seperti roti, keju, dan lain sebagainya. Namun begitu, tidak semua orang mampu beradaptasi dengan rasa makanan-makanan tersebut, seperti salah satunya adalah hidangan bistik.

Selat solo sendiri disebutkan mulai dimodifikasi karena menyesuaikan dengan lidah orang Jawa. Salah satunya adalah penggunaan kecap inggris yang diganti dengan kecap manis.

Selain itu, ketimbang menggunakan mustard yang memiliki cita rasa yang sangat asam, orang Indonesia kebanyakan justru lebih memilih menyantapnya dengan mayonnaise.

BACA JUGA: Menelusuri Jejak Kelezatan Ayam Taliwang sebagai Kuliner Tenar khas NTB

Isian selat solo biasanya terdiri dari sayur-sayuran yang direbus dengan teknik blanch (mematangkan selama beberapa menit ke air mendidih).  Sayuran yang lazim dipergunakan diantaranya adalah buncis, wortel, kembang kol, brokoli, dan banyak lagi.

Selain itu, sayuran mentah seperti timun, irisan tomat dan selada juga umumnya turut ditambahkan untuk mempercantik tampilannya. Tak ketinggalan kentang rebus atau kentang goreng yang melengkapi dari segi karbohidrat.

Untuk jenis dagingnya, selat solo umumnya mempergunakan daging sapi jenis tenderloin (has dalam) agar lebih cepat empuk. Daging yang dipergunakan biasaya dimasak bersamaan dengan bawang merah, bawang putih, bombay, cengkih, pala, garam, merica, gula jawa, dan kecap manis. Daging yang sudah matang nantinya akan diletakan di atas piring saji dengan ditambahkan siraman dari kuah rebusan daging.

Selat solo sendiri terbilang memiliki gizi yang cukup lengkap jika menilik dari berbagai bahan yang dimasukan ke dalamnya, seperti kandungan protein, karbohidrat, dan serat.

Menariknya selat solo sempat dijadikan sebagai salah satu hidangan makan siang yang disuguhkan kepada Raja Salman dari Arab Saudi, saat melakukan pertemuan dengan presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu.

Selat solo mungkin mengusung nama Solo pada bagian depannya. Namun begitu makanan ini tidak menjadi makanan khas yang diincar para wisatawan saat berkunjung ke Kota Batik tersebut.

Akan tetapi, di Surakarta sendiri terdapat beberapa tempat penjual selat solo terkenal seperti Warung Mbak Lies, Selat Kusumasari, Selat Tenda Biru, Omah Selat, dan Selat Adem Ayem.

Makanan ini juga dapat dengan mudah didapat ditemukan di beberapa kota lainnya, seperti wilayah Jabodetabek. Diantaranya adalah Waroeng Solo di Jakarta Selatan, Waroeng Wong Solo di Tangerang, Dapur Solo Matraman di Jakarta Timur, dan masih banyak lagi. (AS)

Leave a Comment

Your email address will not be published.